Rabu, 26 Februari 2014

No an Ordinary Love






Made by the skeleton a man’s rib,
a lady is bother and re-bother.
I hear the voice hooves on the sky
and we will therefore close the desire in the imagination,
For these are the reality in which we are going.
She dream of body  smooth and smelly
that only times in me sometimes.
She forget the days and times.
Isn’t the poetry deep in my heart
a haunted dreams ?
the framework I find in my wish I realize.
Sometimes the love  grows fantastic.
Serene, but maybe of swishing,
more the pespiration of taste.
My heart a coat of armor to live on.
There is a moment we think of an desire.
If we compose a love,
it frequently happens that angel has  two wing.
The sudden entire sky hospitable for us.
It is much better.
This is why a poem belongs to a lady.
You grow memories, later proof of these
weightless understanding we need.
There are poems in which the poet dreams as follows:
You I fall in to the only future live, an happiness
love in which each of us encloses a make swishing
no ordinary love
we shall make live from the wedlock
that make us live again and again
we see it now, here our e-letter,
here you are and there I am
a heart inside me


__________

song by Adele ~ Make You Feel My Love

Minggu, 16 Februari 2014

Majas Engkau





: Kepada Coretan Embun


Engkau langkah yang dibutuhkan kaki.

Perlu kau tahu! Jemari ini pernah melingkari angka genap di sebuah kalender usang, dalam lingkaran  itu - kusimpan hujan dari mataku sebagai pengawet untuk mengekalkan kenangan - Kau pasti tahu kenangan itu! kenangan di saat kita menikmati coffee bersama di sebuah cafe ternama, dan kau mengatakan : “kita sama-sama penikmat coffee, aku coffee dan engkau gula, panasnya air adalah cinta yang melarutkan kita.” ah, pada saat itu, engkau mahir sekali menjadikan telingaku seolah budak, yang tunduk dan bertindak dengan kata perintahmu yang berundak-undak.

Secangkir coffee, aku menikmatimu terlebih ketika cinta kita terlarut dalam pusaran coffee dan gula. Lalu menyeruputnya dalam-dalam hingga terasa hangat dalam dada. Tapi hanya itu yang dapat aku tawarkan, maafkan bila telah menjadikan telingamu laksana budak, tunduk atas perintahku yang berundak-undak. Sungguh bukanlah sebuah niatan untuk tidak melangkah, karena perbedaan yang terhampar seluas permadani biru saat kulihat cintamu menaburi remahan rindu.


Engkau kedip yang dibutuhkan mata.

Barangkali aku seorang yang biadab, bila saja kucampakan jelitamu yang terbungkus hijab. Entah rahasia apa  yang ada dalam sejuk tatapanmu, matamu yang embun, telah menjadikan kedipku serupa jendela; di setiap pagi hendak kubuka, engkau lebih dulu menegur-sapa. Engkau begitu sederhana, dengan kesederhanaanmulah aku terpesona.

Secangkir coffee,tiada yang lebih indah dari sebuah kesederhanaan. Sesederhana mentari tenggelam, saat gaunnya yang keemasan kau pandangi dari dalam jendela kamarmu.Sederhana itu indah, seindah cinta yang kau suguhkan di hadapanku.


Engkau denyut yang dibutuhkan nadi.

Tidak dipungkiri, engkaulah denyut dalam nadi yang menjadikan jalan hidupku lebih hidup. kuangankan engkau serupa diksi yang dibutuhkan puisi, dan jelitamu adalah rima-rima mewah yang menjadikan puisi itu wah. Namun, seperti kurang lengkap dan sempurna jika rima itu tidak disertai oksimoron. Kamu tahu oksimoron itu apa? tak perlu membuka kamus kbbi ! cukup kau artikan saja sebagai lawan jenis yang sedang menjalani sebuah hubungan, dan lawan jenis itu aku yang berjalan bersamamu di atas jalan cinta.

Secangkir coffee, oh…aku memang tidak perlu KBBI, cukup dengan memandang kedalaman matamu dan melihat coretan-coretan cintamu yang tersirat, mempuisikan aku, mengemasku. Bukan salah jalan, hanya saja kita memang berbeda tujuan. Maafkan…maafkan, aku benci perasaan ini, walaupun hati ini berkata lain bahwa “aku ingin memelukmu erat."



Kolaborasi : Coretan Embun & Secangkir coffee