seekor kumbang terbang kian kemari
hilir mudik tiada henti
sedang mencari bunga seruni
kekasih yang [mungkin] tak kembali
bunga seruni tidaklah pergi
hanya dipindahkan sang petani
ke dalam jambangan warna warni
tersembunyi dari belaian mentari
kumbang pun sejenak lelah lalu menepi
tanpa sengaja dilihatnya setangkai seruni
yang sedang dicari cari
tertunduk layu di suatu sudut sepi
“hai, seruni kenapa kau pergi?”
kata kumbang menghampiri
“aku tak pergi, hanya sembunyi,”
kata seruni tiada berseri
“aku mencarimu ke sana kemari,”
kata kumbang sepenuh hati
“saat itu aku melihatmu bersama melati,”
kata seruni berapi api
“aku hanya sesaat bersama melati, tergoda aromanya yang mewangi.”
...sedetik berdua terdiam dalam sunyi...
“aku tidak akan meninggalkanmu lagi,”
kata kumbang berjanji
kumbang pun mencumbui seruni sang kekasih hati
pada hamparan rumput yang semerbak mewangi
karena hujan baru membasahi bumi
sekuntum mawar mekar di pagi hari
tiap helai kelopaknya terkecup basah buliran embun pagi
merekah merah merona menebar sensasi
kumbang pun tiada kuasa untuk mendekati
tanpa permisi menghisap serbuk sari
sesaat meninggalkan seruni sendiri [lagi]…..
***